Selamat Jalan Bapak Pluralisme, Lukas Enembe

Warta Tako
0

 


*Hidup yg sebentar tp bermanfaat lebih baik, daripada hidup dgn usia panjang tp membebani orang*


Membaca pesan masuk dari Whatsapp dari bbrp org yg isinya,  mantan Gubernur Papua, Lukas Enembe pd tgl 26 Desember 2023, telah pergi utk selamanya..Spontan sbg seorang muslim, saya mengucapkan innalillahi wainna ilaihi rojiun. Kesedihan perginya Lukas Enembe, sang tokoh Papua ini, membuat saya meneteskan air mata..Bgmn tdk,  sejak thn 2016 hingga ia sakit hingga meninggal blm sekalipun saya menjumpainya.


Ada penyesalan, juga rasa berdosa terhadapnya, seorang pemimpin yg saya kenal belasan thn silam dari perkenalan tdk sengaja. Wajah Lukas Enembe begitu bersahaja ketika ia berdiri di depan hotel Syahid, Jakarta. Tubuhnya yang gempal & senyumnya yg khas mengantar saya menyapanya & berkenalan singkat. Seketika saya ingat masa kecil saya di abepantai belasan tahun lalu tentang se sosok teman kecil saya asal Pegunungan Papua..


Perkenalan itu saya pikir hanya basa basi.saja..Beliau meminta nomor hp saya, lalu saya pergi & ia pun melanjutkan aktivitasnya di hotel Syahid yg kala itu, ia sdg mengikuti kegiatan partai Demokrat. Tdk disangka, 3 hr setelah itu, hp sy berdering di telpon Lukas Enembe. 


Ia mengajak saya ketemu..Singkat cerita pertemuan itu saya diminta utk ke Papua utk membantu menulis buku biografinya. Saat itu, Lukas baru saja kalah Pilgub Papua dari Barnabas Suebu plus ia sdg tanpa jabatan. Dan tawaran itu saya terima karena itu untuk pertama kali sy pulang Papua sejak belasan thn merantau.


*Kisah Pilu Seorang Lamato*


Saya tidak menyangka bila nama kecil Lukas Enembe adalah Lamato. Nama yg mirip dgn akhiran nama saya. Sejak di Papua saya membaca catatan2 tangannya berupa diary begitu lengkap & tertata rapi. Untuk hal ini, saya menaruh respek terhadap kepandaiaan beliau mirip seorang pekerja arsip profesional yg hebat. Dari catatan2 tangannya ini saya menemukan kisah hidup Lukas Enembe sbg anak Pegunungan yg sgt mengharukan & membuat sy menangis membaca kisah perjuangannya.


Dari Tolikara Lukas ke kota jayapura & sekolah SMP & SMA di sentani. Lukas tinggal berpindah2 dari satu tempat ke tempat lain sambil menyelesaikan sekolahnya..Di Kampung Lukas sudah memperlihatkan bakat kecilnya sbg seorang pemimpin. kerap dgn kawan2nya ia bermain upacara bendera..Lukas yg sering di daulat kawan2nya sbg pimpinan upacara..Lukas juga sdh menggunakan pakaian saat bermain, sementara kawan2 lainnya msh banyak yg telanjang & memakai koteka.


Yg mengharukan ttg kemiskinan & ketabahan istrinya Yulce Wenda. Onno yg notabene anak pertamanya saat ulang tahun hanya diberikan boneka yg ia pungut dari tempat sampah. Yulce adalah wanita yg mampu menyikapi kemiskinan yg dialaminya dgn cara yg hebat. Saat itu Lukas msh studi di Gorontalo, lalu pindah di Unsrat Manado. 


Yulce tdk henti2nya menunjukan ketabahan luar biasa saat Onno sakit hingga meninggal dunia..Wanita ini berjalan kaki berkilo2 untuk hanya ingin tiba di terminal Jayapura dari Angkasa. Ia menggendong onno yg sdh meninggal.. Setiap ada yg bertanya, ada apa dgn anakmu? Yulce hanya tersenyum sambil meneteskan air mata. 


Lagi2 krn kemiskinan keluarga ini tdk bisa berbuat apa2 dgn keberadaan anak mereka yg sakit hingga meninggal. Saat itu Lukas Enembe msh pegawai kecil yg msh bertugas di Merauke. Kbr ttg Onno meninggal nyaris membuat Lukas ingin bunuh diri krn ia merasa bersalah sbg laki2 yg msh hidup miskin.


*Anak Koteka jadi Gubernur*


Slogan ini mulai diprotes krn hanya membangun dikotomi di sesama Orang Asli Papua (OAP). Tapi jujur slogan ini muncul krn penuh makna dari pengalaman hidup Lukas Enembe sbg putra asal Tolikara Pegunungan..Apa yg saya saksikan ttg kisah kecil teman saya asal Pegunungan yg sering di stigma buruk, juga dirasakan seorang Lukas Enembe semasa ia sekolah, bergaul hingga kuliah. Stigma bodoh, tdk mampu, terbelakang dll kerap dialamatkan ke Lukas Enembe yg berasal dari Pegunungan.


Selama satu tahun lebih saya menjahit dgn tekun bahan2 penting dari kisah yg saya  dapatkan dari Lukas Enembe, hingga buku itu pun jd dgn segala keterbatasannya. Buku itu pun jd magnet tersendiri saat terbit. Bedah bukunya di  hotel Swiss Bell membludak & banyak yg menangis histeris saat tahu isinya ttg suka duka Lukas Enembe yg begitu pedih & mengharukan. Sy yg tdk dikenal pun ketiban populer sbg penulisnya.


Diluar semua itu saya pun harus akui bahwa selama mengenal Lukas Enembe hingga ia pulang utk selamanya pd tgl 26 Desember 2023, atau sehari setelah perayaan natal umat kristiani, Lukas Enembe spt memilih hari yg tepat ia pamit sbg pemimpin besar kpd rakyatnya. Sehari setelah suka cita itu berakhir, baru ia pergi dgn tenang dlm sakit & stigma yg dialamatkan padanya.


Lukas Enembe adalah tokoh yg begitu baik, dermawan & pluralis serta pembawa perubahan. Sblm sy bertemu dgnnya saya bermimpi berada dibawah gunung yg bersinar terang. Mimpi itu jd nyata krn saya telah bertemu & menjadi bagian kecil dari aroma wangi & bersinarnya kepemimpinan Lukas Enembe membgun Papua selama 20 thn di birokrasi.


Stigma buruk masa kecil hingga 20 thn lebih di birokrasi begitu dahsyat membombardir dirinya. Lukas Enembe engkau begitu luar biasa melawan semua stigma buruk negara dgn karya2 besar yg engkau bangun & tinggalkan utk Tanah Papua.  Hidupmu sgt  singkat tapi karyamu abadi hingga anak cucu yang engkau tinggalkan!!!!


*Lamadi de Lamato*

Jubir Gubernur Lukas Enembe 2014-2016

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)