![]() |
Kolaga Tawe Ambi Mbi Ndapunuk Tuu Jegemee Anegen Megerak |
Oleh Moritanichrist Tabuni
JAYAPURA, 10 Juni 2025, Artikel ini mengkaji Noken atau” Abe Jum” tas anyaman masyarakat tradisional, bukan sebagai objek statis, melainkan sebagai artefak hidup yang merepresentasikan denyutnya nadi sosio-kultural, ekonomi, dan spiritualitas perempuan Papua. Melalui pendekatan etnografi. Artikel ini penulis mengeksplorasi signifikansi Noken yang melampaui fungsi utilitariannya, menyoroti peran sebagai medium transmisi pengetahuan intergenerasi, simbol ketahanan (resilience), dan penanda identitas yang kuat. Data telah menunjukkan bahwa Noken yang diakui oleh UNESCO sejak 04 Desember 2012, tidak hanya menopang ekonomi subsistensi tetapi juga menjadi kanvas narasi personal dan komunal di tengah masyarakat tradisional arus globalisasi yang kian deras.
Saya persembahkan artikel ini, sebuah upaya untuk membedah lapisan-lapisan makna dari sebuah mahakarya bernama Noken. Noken atau Abe Jum menyebut tas anyaman yang lahir dari jemari terampil perempuan Papua, sebuah fenomena sosio-kultural yang kompleks, sebuah entitas yang bernapas dalam kehidupan sehari-hari. Jauh dari sekadar aksesori fungsional, Noken adalah manifestasi fisik dari warisan budaya tak benda yang telah diakui secara global oleh UNESCO sebagai “Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguarding” pada tahun 2012, sebuah pengakuan yang menyiratkan adanya urgensi pelestarian di tengah tantangan zaman now. Bagi lebih dari 250 suku di Papua, masing-masing dengan variasi desain dan filosofinya, Noken adalah representasi simbolik dari rahim seorang ibu, sebuah simbol kehidupan, kesuburan, dan kasih sayang yang tak lekang oleh waktu.(1)
Dalam kehidupan sehari-hari perempuan Papua, terutama di wilayah pegunungan tengah yang terjal, Noken memainkan peranan yang tak tergantikan, sebuah perpanjangan eksistensial dari tubuh mereka. Ini bukan sekadar tas; ia adalah mitra kerja senyap yang dengan setia menampung hasil bumi seperti umbi-umbian, sayuran, dan kayu bakar dengan kapasitas luar biasa, sering kali mencapai 20 hingga 30 kilogram. Namun, di dalam lipatan anyamannya, Noken juga menjadi ruang privat yang aman untuk membawa barang-barang paling personal, bahkan menggendong bayi dengan kehangatan yang mendekap erat, sebuah pemandangan yang menyentuh hati dan merefleksikan ikatan primordial antara ibu dan anak. Lebih dari itu, setiap motif yang terukir baik itu pola geometris, representasi fauna, maupun flora endemik adalah sebuah kanvas ekspresi artistik yang merekam pengetahuan ekologis dan kosmologi masyarakat adat, sebuah dialog sunyi antara sang pembuat dengan alam semesta yang memberinya kehidupan.(2)
Seni menganyam Noken adalah sebuah ritual sakral, sebuah proses transmisi intergenerasi yang sarat akan nilai-nilai filosofis dan ketekunan yang luar biasa. Proses pembuatannya, yang bisa memakan waktu dari beberapa minggu hingga lebih dari tiga bulan tergantung pada kerumitan desain dan bahan baku seperti serat kayu, daun pandan, hingga serat anggrek adalah sebuah meditasi panjang yang diwariskan dari ibu kepada putrinya. Setiap simpul yang diikat, setiap helai serat yang dirajut, adalah bisikan leluhur yang mengajarkan tentang kesabaran, ketelitian, dan kekuatan untuk bertahan. Ini adalah repositori kearifan lokal, di mana sebuah studi memperkirakan terdapat lebih dari 100 teknik anyaman dan simpul yang berbeda di seluruh Papua, masing-masing menyimpan narasi personal dan sejarah komunitas penenunnya. Dengan demikian, setiap Noken yang selesai bukanlah sekadar produk, melainkan sebuah mahakarya yang mengandung jejak DNA kultural dan spiritual pembuatnya.(3)
Di luar fungsi utilitariannya yang vital, Noken memegang signifikansi spiritual yang mendalam, menjadi metafora ketahanan, kekuatan, dan esensi pemeliharaan jiwa feminin Papua. Strukturnya yang kokoh, dirancang untuk menanggung beban berat, secara puitis melambangkan peran multifaset perempuan Papua sebagai pilar komunitas sebagai pengasuh yang lembut, pekerja yang ulet, penjaga tradisi, dan bahkan sebagai pembawa damai dalam resolusi konflik adat, di mana Noken sering kali menjadi bagian dari mahar atau persembahan perdamaian. Ia adalah rahim simbolis yang tidak hanya melahirkan dan membesarkan generasi, tetapi juga memelihara keharmonisan sosial. Dalam setiap jengkal kehidupannya, seorang perempuan Papua mungkin akan memiliki beberapa Noken, masing-masing dengan fungsi dan makna spesifik, yang menandai fase-fase penting dalam perjalanan hidupnya, dari kelahiran, inisiasi dewasa, pernikahan, hingga kematian(4).
Sebagai kesimpulan, Noken bukanlah sekadar tas anyaman ia adalah sebuah bukti hidup yang tak terbantahkan dari resiliensi dan warisan luhur perempuan Papua. Melalui penciptaan dan penggunaan berkelanjutan dari artefak ikonik ini, para perempuan Papua secara aktif menegaskan kembali identitas budaya mereka di tengah gempuran modernitas. Setiap Noken yang tersampir di dahi atau bahu mereka adalah sebuah deklarasi tanpa kata “sebuah pernyataan tentang siapa mereka? dari mana mereka berasal?” dan nilai-nilai apa yang mereka pegang teguh. Ia adalah permadani rumit dari warisan mereka yang kaya, sebuah simbol perlawanan budaya yang lembut namun kokoh, yang terus dirajut, simpul demi simpul, sebagai warisan berharga untuk masa depan.
Daftar Referensi:
- Laporan Penelitian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, "Daya Dukung dan Aspek Ekonomi Noken di Wilayah Pegunungan Tengah Papua," 2019. Jurnal Studi Budaya, "Noken Dari Benda Pakai Menuju Simbol Identitas dan Ekonomi Kreatif.” UNESCO Intangible Cultural Heritage - Noken multifunctional knotted or woven bag, handicraft of the people of Papua.
- Jurnal Antropologi Papua, "Makna dan Fungsi Noken dalam Kehidupan Masyarakat Suku Dani di Lembah Baliem.”
- Data dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Papua, "Studi Waktu dan Material Pembuatan Noken," 2021. Publikasi LIPI (sekarang BRIN), "Keanekaragaman Etnografi dan Kerajinan Tangan di Papua.
- Buku "Perempuan Papua: Cerita Hidup dan Perjuangannya," oleh seorang Antropolog terkemuka. Jurnal Antropologi Papua, "Makna dan Fungsi Noken dalam Kehidupan Masyarakat Suku Dani di Lembah Baliem."