![]() |
Pdt.Elisa Gobay Putra Papua di Titik Nol Injil Lembah Baliem |
PAPUA - Sejarah Pekabaran Injil (PI) di tanah Papua kerap dikisahkan melalui kisah dua misionaris asing, seperti Ottow & Geissler di Mansinam (1855), atau Pdt. Myron Bromley di Wamena (1954). Namun di balik nama besar itu, ada seorang anak Papua yang turut meletakkan dasar iman di Lembah Baliem, dialah Pdt. Elisa Gobay.
Ia bukan sekadar pendamping, tetapi pelaku sejarah. Bersama istrinya, Ruth Yogi, Elisa Gobay ikut dalam pendaratan misi pertama di Sungai Baliem, Minimo pada 20 April 1954 dan pendaratan kedua pada 21 April 1954. Dari momen itulah, lembaran baru iman Kristen di jantung Papua Pegunungan dimulai.
Elisa Gobay adalah seorang putra Mee dari Paniai. Ia lahir dan dibesarkan di tengah budaya Mee, lalu mengenal Injil melalui pendidikan misi di wilayah Paniai.
Ia dipanggil menjadi pendeta dan menjadi bagian penting dari generasi pertama Papua yang ikut memberitakan Injil.
Bersama istrinya, Ruth Yogi, Elisa Gobay meneguhkan panggilan itu dengan berani mengikuti jejak misionaris asing. Kehadiran mereka bukan sekadar sebagai pengikut, tetapi sebagai jembatan budaya dan saksi lokal bahwa Injil bukan hanya milik orang asing, melainkan juga milik orang Papua.
Elisa Gobay ikut serta dalam penerbangan misi yang membawa Pdt. Myron Bromley masuk ke Lembah Baliem. Perannya sangat vital:
Sebagai jembatan komunikasi: ia membantu memperkenalkan maksud misi kepada orang Baliem.
Sebagai saksi Papua: masyarakat lokal melihat bahwa ada orang Papua sendiri yang ikut datang membawa kabar baik.
Sebagai pendamping pelayanan: setelah pendaratan, ia terus mendampingi misionaris dalam pelayanan di Hepuba, Hitigima, dan sekitarnya.
Dalam kesaksian anaknya, Yosafat Gobay, peran Elisa Gobay selalu diingat dalam setiap peringatan PI di Wamena. Bahkan saat Yubelium PI tahun 2004, Elisa Gobay hadir langsung dan menegaskan kembali cerita titik awal Injil di Minimo.
20 April 1954 → Pesawat misi mendarat pertama kali di Sungai Baliem, Minimo, Distrik Maima. Elisa Gobay dan Ruth Yogi ikut serta.
21 April 1954 → Pendaratan kedua di tempat yang sama, disaksikan lebih banyak masyarakat.
Setelah itu → Dari Minimo, pelayanan bergerak ke Hepuba dan Hitigima, menjadi pusat penginjilan di Lembah Baliem.
Catatan tentang momen ini juga tercatat dalam buku DR. Agus A. Alua berjudul Permulaan Pekabaran Injil di Lembah Balim (April 2005), meskipun dokumentasinya masih terbatas. Buku ini menegaskan bahwa Minimo adalah titik nol Injil di Wamena, bukan tempat lain.
Elisa Gobay penting karena:
1. Ia adalah orang Papua pertama yang ikut dalam peristiwa pendaratan Injil di Lembah Baliem.
2. Kehadirannya memberi legitimasi lokal: masyarakat Baliem lebih percaya karena Injil juga dibawa oleh sesama orang Papua.
3. Ia menjadi teladan iman: meninggalkan tanah asal di Paniai, lalu pergi jauh ke Baliem demi Injil.
4. Ia memberi pesan warisan: Injil bukan politik, Injil bukan perebutan tanah, Injil adalah kasih Allah.
Jejak Elisa Gobay masih hidup dalam:
Kisah anak-anaknya, terutama Yosafat Gobay yang terus hadir dalam peringatan PI di Wamena.
Memori masyarakat Minimo, Hepuba, dan Hitigima yang masih mengingat kehadiran keluarga Gobay sebagai saksi sejarah.
Peringatan PI setiap 20 April yang selalu menyebut Minimo sebagai titik awal.
Pesan Warisan Elisa Gobay
Dari berbagai kesaksian, ada pesan yang selalu ditegaskan Elisa Gobay:
Pegang Firman Tuhan dengan teguh. Injil datang bukan untuk menguasai, tapi untuk menyelamatkan.
Jaga Tanah. “Tanah ibarat mama. Jangan dijual. Tanpa tanah kita tidak bisa hidup.”
Hidup dalam kasih. Seperti pesan Elisabet Bromley, ayahnya dan Elisa Gobay sama-sama menekankan: saling mencintai dan saling membantu.
Cerita Elisa Gobay adalah cerita luar biasa. Ia membuktikan bahwa Pekabaran Injil di Papua bukan hanya karya orang asing, melainkan juga karya orang Papua sendiri.
Keluarganya—Elisa Gobay dan Ruth Yogi—menjadi saksi hidup pendaratan pertama Injil di Sungai Baliem, Minimo tanggal 20 April 1954 dan pendaratan kedua tanggal 21 April 1954.
Meski catatan sejarah masih terbatas, khususnya dalam buku DR. Agus A. Alua (2005), nama Elisa Gobay tidak bisa dipisahkan dari sejarah. Ia adalah putra Papua di titik nol Injil Lembah Baliem, seorang saksi yang membawa warisan iman, kasih, dan pesan untuk menjaga tanah serta kehidupan.
Oleh Elias Awekidabi Gobay