PELUNCURAN TIGA BUKU CERITA ANAK OLEH BALAI BAHASA PAPUA

Warta Tako
0

 

Oleh Moritanichrist T


A. PENDAHULUAN

Perkembangan globalisasi yang semakin pesat, pelestarian bahasa dan budaya lokal menjadi tantangan yang signifikan. Salah satu langkah yang sangat berharga dalam upaya ini adalah melalui penyajian sastra yang ditulis dalam bahasa ibu. Balai Bahasa Papua, dalam upayanya melestarikan bahasa daerah, baru saja meluncurkan tiga buku cerita anak yang ditulis oleh Agustina, seorang perempuan dari komunitas suku Mee, dengan judul masing-masing. Buku-buku ini tidak hanya berfungsi sebagai alat pendidikan, tetapi juga sebagai medium untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa dan budaya lokal di kalangan generasi muda.


1. Peran Sastra Dalam Pelestarian Bahasa


Sastra, terutama sastra anak, memainkan peran penting dalam menjaga keberlangsungan bahasa ibu. Menurut penelitian oleh Crystal (2000), sekitar 50% dari 6.000 bahasa yang ada di dunia diperkirakan akan punah pada tahun 2100 jika tidak ada tindakan yang dilakukan untuk melestarikannya. Melalui buku cerita, anak-anak tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga nilai-nilai budaya dan tradisi yang terkandung di dalamnya. Dalam konteks ini, buku-buku yang ditulis oleh Agustina berfungsi sebagai jembatan antara generasi tua dan muda, menghubungkan mereka dalam satu narasi budaya yang kaya.


2. Keberagaman Bahasa Ibu


Agustina telah menerjemahkan karya-karyanya ke dalam tiga bahasa ibu, yang mencerminkan keberagaman linguistik di Papua. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2020), Papua memiliki lebih dari 250 bahasa yang berbeda, menjadikannya salah satu daerah dengan keragaman bahasa tertinggi di dunia. Dengan menerjemahkan cerita-cerita ini, Agustina tidak hanya merayakan kekayaan budaya, tetapi juga memastikan bahwa setiap anak, terlepas dari latar belakang bahasa mereka, memiliki akses untuk belajar dan memahami cerita yang relevan dengan identitas mereka.


3. Dampak Emosional dan Sosial


Cerita-cerita yang ditulis dalam bahasa ibu memiliki dampak emosional yang mendalam. Penelitian menunjukkan bahwa pemahaman dan penggunaan bahasa ibu dapat meningkatkan rasa percaya diri dan identitas budaya (UNESCO, 2003). Dengan mengajak anak-anak untuk membaca cerita dalam bahasa ibu mereka, Agustina menciptakan ruang di mana mereka dapat merasakan keterhubungan yang mendalam dengan sejarah dan budaya mereka sendiri. Ini bukan hanya tentang membaca, tetapi juga tentang merasakan, mengalami, dan memahami akar budaya yang membentuk identitas mereka.


B. KESIMPULAN


Peluncuran tiga buku cerita anak oleh Balai Bahasa Papua yang ditulis oleh Agustina adalah langkah monumental dalam upaya pelestarian bahasa ibu dan budaya lokal. Melalui sastra, kita dapat memberikan suara kepada generasi mendatang, memungkinkan mereka untuk merasakan kekayaan warisan budaya mereka. Dengan upaya kolektif dari akademisi, penulis, dan masyarakat, kita dapat memastikan bahwa bahasa-bahasa yang terancam punah tidak hanya terjaga, tetapi juga dirayakan dan dipelajari oleh generasi mendatang.


Referensi:

1. Crystal, D. (2000). Language Death. Cambridge University Press.

2. Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Bahasa di Papua.

3. UNESCO. (2003). Language and Cultural Diversity: A Resource Book for Teachers.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)