REFLEKSI. GEREJA DIANTARA STIGMA SEPARATIS, MAKAR, OPM, KKB, MONYET & TERORIS TERHADAP WARGA GEREJA DAN PERAMPOKKAN SUMBER DAYA ALAM & PEMISKINAN PENDUDUK ORANG ASLI PAPUA

Warta Tako
0
ilustrasi-gereja-katolik-di-paua

(Manusianya diberikan stigma dan label negatif, ditembak mati, dimutilasi, dimusnahkan, dipinggirkan, dan kekayaan alamnya dirampok/dicuri oleh para jenderal berbintang-bintang di pundak bersama para gang komprador mereka, tapi Gereja membisu, diam dan berada dalam ruang penjara ketakutan dan juga berada dalam demam kelumpuhan) 



Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socratez Yoman



Pada Selasa, 8 Februari 2000 media Cenderawasih Pos, wartawan Lucky Ireeuw, putra Tabi (Putra Matahari Terbit) di TANAH Papua Barat  menulis berita di halaman depan dengan judul utama: 


"DUA ISU SENTRAL MENGGEMA DI PAPUA." 


Sub judul:  "Semua Pihak Perlu Berkumpul Menyatukan Persepsi Menuju Papua Baru". 


Berita ini membuat langit biru di Tanah Papua ini seperti mau runtuh. Orang banyak terkejut, kaget, gemetar, ada yang bingung, marah, tidak suka, dan bahkan ada yang senang dan gembira. 


Karena apa? 


Sebab, berita ini merupakan  komentar pertama kali dari gereja yang selama ini membisu, diam, takut dan menyembah Firaun modern Indonesia dengan memanipulasi Surat Roma 13:1-7 yang ditulis rasul Paulus, bahwa Pemerintah hamba Allah (yang didoktrinkan oleh negara, yaitu wakil Allah) yang dapat memenjarakan Gereja dengan ideologi Indonesia yang menyesatkan, melumpuhkan, dan menghancurkan Penduduk Orang Asli Papua (POAP). 


Berita ini memecah kebisuan Gereja dan membangkitkan kelumpuhan Gereja dan menyadarkan Gereja dari ketiduran panjang di TANAH Papua Barat. 


Berita ini menjadi seperti milestone (batu pijakan) untuk melihat umat TUHAN di TANAH Papua Barat dari perspektif TUHAN Allah, bukan seperti yang dilihat oleh penguasa kolonial modern Indonesia berwatak rasis, pembunuh, perampok/pencuri yang menduduki dan menindas rakyat dan bangsa Papua Barat selama ini. 


Berita ini juga menjadi momentum bersejarah dalam perjalanan Gereja di TANAH Papua Barat dalam melihat POAP dalam terang dan kuasa Injil Yesus Kristus dan manusia sebagai gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26). 



Berita ini adalah komentar saya, pada waktu TUHAN Yesus Kristus dan warga Baptis West Papua mempercayakan, memberikan mandat dan kuasa untuk melayani sebagai Sekretaris Umum Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua ( kini: West Papua). 


Sebagian warga Baptis yang belum mengerti isi Alkitab tentang Allah dan manusia secara baik, mereka marah, caci maki, dan mengatakan, pak Yoman merusak nama Gereja Baptis dan melawan pemerintah wakil Allah. 


Saya tidak tanggapi apa yang mereka kritik dan amarah mereka. Itu hanya buang-buang waktu, energi, ilmu saya. Karena, saya belajar untuk saya baktikan untuk TUHAN, untuk bangsa saya Papua Barat dan untuk semua orang yang berkehendak baik untuk keadilan, martabat manusia, kesamaan derajat, hak asasi manusia, kebebasan, kedamaian dan harmoni untuk semua. 


Artinya, saya dengar dan terima kritik dan saran serta kemarahan mereka. Tapi, untuk menanggapi itu, memang tidak ada kata yang tepat untuk orang-orang itu. Karena, saya tahu, saya mengerti, saya sadar, saya beriman, bahwa pada waktunya melalui proses waktu yang benar dan juga panjang, waktu itu akan menjawabnya sendiri. Tetapi, semuanya itu ialah waktu TUHAN, bukan waktu saya. 



Waktu TUHAN dan itu bukan waktu saya, dan suatu perjuangan yang panjang dengan melintasi onak, duri, melewati hutan lebat, menelusuri tebing-tebing terjal, mengarungi ombak dan gelombang seperti lautan Pasifik yang ganas, menghindari ikan hiu yang liar,  menyebrangi sungai Mamberamo yang berkeluk-keluk, tapi akhirnya berlabuh juga di atas danau Sentani yang begitu teduh, indah, menawan yang menceritakan berbagai kisah misteri di TANAH Tabi, Matahari Terbit. 


Jadi, melalui proses panjang selama 23 tahun, sejak 2000, bahwa apa yang saya taburkan itu membawa hasil sedikit dampak positif bagi mereka yang merindukan dan mencari kebenaran dan memperjuangkan keadilan untuk perdamaian bagi semua umat manusia. 


Itu terbukti, Prof Dr. Ikrar Nusa Bakti bersama dengan para pakar, dan ilmuwan, memberikan penghormatan dan pengakuan setiap karya-karya saya yang sering dianggap tidak ada nilainya atau yang dianggap melawan penguasa Indonesia. 


Pada tanggal 24 Mei 2023, dalam pertemuan group discussion tentang Papua, di Hotel Mercure Simatupang Jakarta, Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti menyatakan: 


"Pendeta Socrates Yoman adalah orang pintar di Papua. Semua yang beliau tulis adalah benar. Tidak ada yang salah dalam tulisan beliau karena itu fakta-fakta. Kalau ada lima orang saja di Papua seperti pak Socrates, Papua bisa menjadi perubahan yang lain. Walaupun pak Socrates pintar, tapi beliau orang rendah hati." 


Prof.Dr. Ikrar Nusa Bhakti dalam kata pengantar buku saya yang berjudul:

"OPM=Otonomi, Pemekaran dan Merdeka" pada 23 Februari 2010,  mengabadikan: 


"Suara hati seorang pelayan umat di Papua. Yoman adalah tokoh agama Kristen Baptis dari daerah pegunungan yang amat aktif menyuarakan kesedihan umat di Tanah Papua....para rohaniawan di Papua memang melihat bahwa menyuarakan kesedihan dan harapan masa depan politik orang Papua adalah juga bagian dari melayani umat..." ( Yoman, 2010: 9,19). 


Dr. Adriana Elizabeth dalam kata pengantar buku saya berjudul: "Tebing Terjal Perdamaian di Tanah Papua" mengingatkan: 


"Berbagai peristiwa yang terjadi di Papua menunjukkan bahwa diskriminasi dan perlakuan tidak adil yang menimpa orang Papua masih berlangsung sampai hari ini. 


Apakah Gereja atau seorang pendeta boleh berpolitik? Jawabannya tidak. 


Namun dalam konteks membela kemanusiaan, Gereja justru harus menunjukkan dan bertindak secara tegas membela kemanusiaan untuk menjaga dan menghormati martabat manusia yang paling hakiki, termasuk dalam konteks melindungi dan memenuhi hak asasi orang Papua. Dalam konteks ini, Gereja di Papua harus senantiasa bersatu padu, sehingga dapat terus menyuarakan suara hati orang Papua" (Yoman, 2019:viii,iv). 


Alm. Dr. George Junus Aditjondro dalam kata pengantar buku saya yang berjudul: "Pemusnahan Etnis Melanesia" menuturkan: 


"Yoman, seperti Yahya Pembaptis yang berseru-seru dari padang gurun, kepada pembesar Gereja di Jakarta. Yoman adalah suara kenabian gereja-gereja di TANAH Papua dan tulisan ini sindiran kepada para pemimpin gereja di Jakarta" (Yoman, 2007). 


Pdt. Dr. Benny Giay dalam kata pengantar buku saya yang berjudul: 

Pemusnahan Etnis Melanesia" menuliskan: 


"Pak Yoman, penulis buku ini, sama seperti petugas Gereja sepanjang sejarah tidak hanya di Papua Barat tetapi di mana saja di dunia sering kritis menyikapi perkembangan masyarakat. Peran demikian memang diharapkan dari Gereja atau agama. Karena agama pada hakikatnya harus memainkan peran kenabian atau kontrol sosial di masyarakat siapa saja di dunia. 


Petugas gereja yang kritis sering dicap sebagai pembawa bendera politik tertentu. Cap atau stigma demikian memang sengaja dipakai untuk melumpuhkan tekad Gereja atau agama dalam mengemban misinya. Saya harap semua pihak untuk melihat suara kritis dari pimpinan Gereja secara lebih jernih dan tidak asal menuding.Semoga! (Yoman, 2007). 


Dalam buku saya yang berjudul: "Suara Gembala Menentang Kejahatan Kemanusiaan di TANAH Papua" Pdt Dr. Benny Giay, menarasikan: 


"Saya dengan gembira menyambut buku kisah hidup Yoman Pembaptis yang sedang berseru-seru di padang belantara kekerasan negara di Tanah Papua." ( Yoman: 2012). 


Pendeta Dr. Benny Giay dalam buku saya berjudul: "Pintu Menuju Papua Merdeka" (2000) memberikan sambutan sebagai berikut: 


"Kehadiran buku Sdr. Socrates Yoman ini sangat relevan. Buku demikian dapat digunakan sebagai acuan untuk mendialogkan kebenaran-kebenaran sejarah. Zaman yang mengklaim pemerintah sebagai pemilik kebenaran barangkali sudah lewat. Bukan saja karena tuntutan reformasi yang sedang berjalan, tetapi terlebih karena sudah mulai jelas di masyarakat bahwa kebenaran sejarah Indonesia itu pada hakekatnya diolah dalam ruangan rekayasa untuk kepentingan politik dan ideologi penguasa semata-mata. 


Buku ini kiranya membuka saluran komunikasi di masyarakat menyangkut sejarah bangsa Papua Barat yang digelapkan oleh penguasa selama ini. Barangkali lewat diskusi, seminar bedah buku, dll. Karena isi nya mencoba menjawab pertanyaan penting seperti: 


Mengapa bangsa Papua Barat mau merdeka? Apa sebenarnya Pepera 1969? Apa saja yang terjadi masa lampau? Mengapa bangsa Papua Barat bermaksud meluruskan sejarah bangsa Papua Barat? dll. Sementara proses sejarah itu terus berlanjut marilah kita berdialog dan berdiskusi untuk meluruskan sejarah bangsa bangsa Papua Barat ini secara bersama" (Yoman: 2000). 


Pendeta Dr. Benny Giay dalam buku saya berjudul: " Orang Papua Bukan Separatis, Makar dan OPM" (2005) menjelaskan sebagai berikut: 


"Buku sejarah Papua Barat yang sekarang mulai dikasih keluar dari persembunyian ini dalam perspektif pengalaman rakyat adalah upaya-upaya untuk menulis sejarahnya di atas kertas putih sejarah Papua Barat yang telah dibuat oleh Indonesia sejak Papua diambil sebagai bagian dari Indonesia. Dan karena atas nama pembangunan, sejarah Papua Barat telah dibersihkan atau dihapus oleh penguasa Indonesia. Karena sejak menduduki Papua Barat, Indonesia menghapus sejarah rakyat Papua Barat dengan berbagai cara. 


Kemudian atas nama pembangunan juga pemerintah Indonesia telah menggiring rakyat Papua Barat untuk menerima dirinya sebagai bangsa yang tidak punya sejarah. Aneh. Artinya, penulisan sejarah Papua Barat dewasa ini telah menggugat kebisuan sejarah rakyat Papua Barat" (Yoman:2005).



Theo van den Broek dalam kata pengantar buku saya yang berjudul: "Suara Gembala Menentang Kejahatan Kemanusiaan di TANAH Papua" pada 24 Mei 2012, menorehkan: 


'Lahirnya pemimpin, Gembala Umat dan Pejuang HAM Papua.Ia sangat vokal mengangkat nasib masyarakat Papua, mengangkat nilai-nilai yang dikuburkan  di bawah kepentingan sosial, ekonomi, politik serta merampas masyarakat dari martabatnya" ( Yoman, 2012). 


\

Usman Hamid, SH, M.Si. dalam kata pengantar buku saya berjudul: "Kami Bukan Bangsa Teroris" menorehkan: 


"Socratez Yoman adalah seorang pendeta pemberani. Suara-suara kritisnya terhadap segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia di TANAH Papua terdengar nyaring meski berada jauh di ujung timur Indonesia. ...Pendeta Socratez tidak pernah terlihat sungkan untuk memprotes langsung realitas kekerasan dan ketidakadilan di Papua. Dia juga lantang menuntut tanggung jawab negara atas segala bentuk teror dan kekerasan dialami warga. Siapapun pelakunya. Ia memprotes  kasus-kasus penyalahgunaan hak hak asasi manusia aktor oleh non negara. Ia memang tidak membela salah satu yang berkonflik. Yang dibelanya adalah korban" (Yoman, 2022:viii). 



Haris Azhar, SH, MA dalam kata pengantar buku saya berjudul: "Jejak  Kekerasan Negara dan Militerisme di TANAH Papua" di Jakarta, 12 Februari mengajukan ajakan: 


"Saya ingin memohon kepada Gembala Socrates dan mengajak pemirsa buku ini, agar menjadikan buku ini sebagai salah satu jendela melihat Papua lebih jernih dan jujur. Buku ini semacam panduan mengungkap kebenaran atas Papua. Lebih jauh, paska membaca buku ini, kita harus berani untuk mendesak mengakhiri semua kejahatan kemanusiaan di Papua" (Yoman: 2021). 



Dr. Budi Hernawan dalam kata pengantar buku saya yang berjudul: "Tebing Terjal Perdamaian di TANAH Papua" menuliskan; 


"Buku ini dengan jelas merekam kegelisahan umat Tuhan dari sudut pandang penulis yang sekaligus Ketua Sinode Gereja Baptis di Papua (kini: Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua). Sebagai seorang pemimpin agama, tentunya refleksi penulis berakar pada perspektif religius dan apa yang dihadapi oleh jemaatnya. Tak heran jika penulis mencoba menggugat kebisuan kita terhadap kondisi kemanusiaan di TANAH Papua. 


Peran Gereja-gereja di TANAH Papua dilukiskan oleh penulis dengan berlambang 'suara kebenaran', 'lilin', 'obor pedamaian', dan 'Ndumma'. Dengan pelukisan ini penulis seakan hendak menegaskan betapa Gereja-gereja di Tanah Papua menjadi pembawa harapan bagi masyarakat di TANAH Papua" (Yoman:2019). 


Dr. Budi Hernawan dalam kata pengantar buku saya yang berjudul: "Suara Bagi Kaum Tak Bersuara" menjelaskan: 


"Dengan gaya bahasa yang lugas, tajam dan singkat, penulis memaparkan keprihatinannya yang mendalam sebagai Pelayan Umat Tuhan di TANAH Papua. Spiritualitas pelayanan inilah yang memampukan penulis untuk bicara lantang mengenai Papua di mana saja dia mendapat kesempatan. Dia tak gentar berhadapan muka dengan penguasa saat berbicara sehingga tak heran bukunya dicekal oleh Kejaksaan Agung yang de facto tetap bergaya orde baru" (Yoman, 2009:8). 


Pelarangan buku saya juga dijelaskan oleh Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti dalam kata pengantar buku saya berjudul: 

OPM=Otonomi, Pemekaran dan Merdeka" pada 23 Februari 2010,  menjelaskan: 


"Sayang, hampir semua buku-buku itu dikategorikan sebagai buku-buku terlarang oleh Kejaksaan Agung. Tak heran jika Andy Noya, tokoh utama dalam acara bincang-bincang Kick Andy pada 16 Januari 2010, dengan gaya berkelakar, memberikan gelar kehormatan kepada Yoman sebagai specialis penulis "Buku-buku Terlarang", (Yoman: 2010:17). 



Simon Patrice Morin Politisi senior dan ilmuwan yang dimiliki rakyat dan bangsa Papua memberikan respons tulisan artikel pada  Juni 2023 yang berjudul: 

Mengubah Paradigma Gereja: APAKAH BENAR PAK GEMBALA  AMBIREK SOCRATEZ YOMAN MENGURUS POLITIK PAPUA BARAT MERDEKA DAN TIDAK MENGURUS GEREJA? 


Tanggapan SP Morin sebagai berikut: 


"A very inspiring article.  Sebuah tulisan yg mencerahkan bagi siapa saja yang membacanya. Tulisan ini menantang kita masing-masing sebagai orang Kristen untuk berefleksi tentang makna menjadi seorang Kristen. 


Kehadiran Yesus Kristus di dunia ini adalah wujud solidaritas Allah dengan penderitaan manusia. Yesus pernah diejek, dihina, diancam untuk dibunuh. Mengalami rasa lapar, haus, tidak punya tempat berteduh  kecuali di rumah sahabat-sahabatnya dan di atas perahu nelayan para murid. Ia pernah berkata: 


"Bagi burung ada sarangnya dan bagi serigala ada liangnya tetapi bagi Anak Manusia tidak ada tempat untuk membaringkan kepala-Nya." 


Terakhir Yesus dijatuhi hukuman mati  secara tidak adil. Semua ini Ia alami untuk menunjukkan kepada para pengikutNya tentang kesolideran-Nya atas seluruh penderitaan manusia sampai kepada kematian-Nya. 


Namun melalui kebangkitan-Nya Ia telah mengalahkan kuasa dosa dan maut yg paling menghantui kehidupan manusia. Orang Kristen bukanlah pengikut Yesus yg pasif dan dengan duduk manis atau berbaris rapi menunggu masuk surga tanpa melakukan sesuatu untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di dunia ini demi menyatakan tanda-tanda kehadiran kerajaan Allah yg sedang berproses menunggu kedatangan Yesus yg kedua kalinya. 


Reverend Socrates  I appreciate your consistency in promoting what Jesus expected from His disciples." 



Seorang sahabat saya berinisial AT memberikan motivasi dan dukungan doa dengan berkomentar: 


"Bapa gembala Tulis saja apa yg baik menurut bapa gembala, Tuhan memberikan hikmat dan marifat....

Siapa saja silahkan membaca dan menyimak, menyelami, memahami...

KEPUTUSAN ada ditangan para pembaca.... tulisan bapa gembala tdk memaksa orang untuk mengikuti..."


TETAPLAH MENULIS....✒️🖋️🖊️📋📘📙

Saya terus mengikuti dan menyimak tulisan-tulisan bapa gembala...

Terimakasih..🙏 Amiiiiin..... 


Banyak orang sedang mendoakan bapak pendeta, tetap berkarya lewat goresan penah. Kemudian waktu akan memberi jawaban kepada angkatan berikut untuk mengerti maksud-maksud baik dibalik torehan tinta hitam.... Jawabannya TEGAS, TUNTAS...Tuhan menyertai hambaNya...Amiiiin." 



Bagian yang tak terpisahkan dari khotbah, suara gembala, suara kenabian dalam menyatakan kebenaran, memperjuangkan keadilan, kejujuran, kasih, martabat manusia, kesamaan derajat, keselamatan umat manusia, kedamaian yang merupakan pesan SALIB, maka saya mengkhotbahkan melalui buku-buku. 


Buku-buku itu semua saya tulis juga dengan misi melawan dan menolak stigma dan label negatif yang sangat merendahkan martabat kemanusiaan Penduduk Orang Asli Papua sebagai umat Tuhan dan sekaligus warga gereja pemilik dan ahli Waris TANAH Papua Barat. Dan juga menolak perampokkan dan pencurian sumber alam di Tanah Papua Barat. 


Dari para pakar, dan  ilmuwan, antropolog, sosiolog, pegiat Hak Asasi Manusia, dan pemerhati dan pemimpin gereja dan politisi, telah menyatakan iman mereka, ilmu mereka, kepedulian mereka, pesan moral mereka. 


Sekarang, dimana suara-suara para gembala dan pendeta di setiap mimbar-mimbar? Dimana suara gembala dan pendeta dari mimbar-mimbar atau podium-podium Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dengan berani dan kekuatan Injil menolak dan menentang stigma dan label negatif seperti: Separatis, Makar, OPM, KKB, Rasisme, Teroris? 


Dimana suara dari podium KKR yang mengatakan supaya umat Tuhan jangan ditembak mati, dimutilasi, dimusnahkan, dipinggirkan? Dimana suara dari podium KKR para pengkhotbah menentang dan menolak  kekayaan alam Papua Barat yang  dirampok/dicuri oleh para jenderal berbintang-bintang di bahu dengan para gang komprador mereka? 


Dalam khotbah KKR berkoar-koar dengan slogan  "pemulihan Papua" dan "Tanah Papua diberkati TUHAN", apakah pendeta-pendeta ini tidak mengerti isi Firman Allah, pesan Salib, pesan Injil?  


Untuk pemulihan Papua Barat dan menjadi berkat Papua Barat, para pengkhotbah KKR dengan tegas harus  menolak semua kejahatan Negara atas nama keamanan nasional dan kepentingan politik dan ekonomi di Papua Barat.  Keadilan harus diperjuangkan. Kebenaran harus ditegakkan. Martabat manusia harus dihormati. Barulah terjadi pemulihan dan mendatangkan berkat. Bukan sebaliknya. 


Sayang, dalam konteks Papua Barat, kegiatan KKR biasanya disponsori oleh Negara untuk menutupi kekejaman dan kejahatan Negara dengan memanipulasi Injil dan ayat-ayat Firman TUHAN. 


Umat Tuhan, rakyat dan bangsa Papua Barat selama ini dari waktu ke waktu selalu menjadi korban dalam trias teologi, yaitu Teologi Negara, Teologi Gereja dan Teologi Profetis. 


Para pemimpin Gereja, Gembala dan Pendeta sudah dipenjarakan oleh negara dalam Teologi Negara dan Teologi Gereja. Sementara Teologi Profetis dikucilkan dan dianggap Teologi musuh Negara dan juga musuh Gereja. 



Tulisan ini mereprefleksikan atau mempraktekkan Teologi Profetis untuk membangkitkan para gembala, pendeta dalam ketiduran panjang dengan kebisuan, kekakuan dan kelumpuhan dalam dunia realitas di TANAH Papua Barat 


Tentu saja, ada beberapa pendeta dan gembala dan pastor yang dengan teguh, kokoh, kuat berdiri bersama umat Tuhan menentang dan menolak semua bentuk kejahatan dan ketidakadilan yang dialami oleh umat Tuhan di TANAH Papua Barat,  lebih khusus Penduduk Orang Asli Papua yang sejak dulu menjadi korban kekerasan dan ketidakadilan dan rasisme dari penguasa Indonesia. 



Akhir dari refleksi ini, saya mau sampaikan, bahwa bukan berapa lama saya khotbah dengan berapi-api atau berapa banyak saya ikut beribadah di tempat ibadah dengan orang-orang percaya yang datang ke tempat ibadah. 


Tetapi, berapa kali saya berbicara tentang kebenaran hakiki dan fundamental. Berapa kali saya menyuarakan keadilan bagi Penduduk Orang Asli Papua? 


Artinya, berapa kali saya katakan: "Penduduk orang asli Papua bukan separatis, bukan Makar, bukan OPM, bukan KKB, bukan Monyet, bukan Teroris".  Berapa kali, saya katakan kepada penguasa Indonesia: "Jangan membunuh POAP. Jangan merampok dan mencuri sumber daya alam Papua". 


Mimbar Gereja TUHAN harus berkhotbah Injil Yesus Kristus berbasis persoalan atau masalah. Artinya, mimbar Tuhan harusnya menyampaikan persoalan nyata dan memberikan jalan penyelesaian. Tidak seperti dalam KKR berbicara "pemulihan Papua" tapi para penjahat, pencuri tidak pernah ditegur, dikoreksi dan diperbaiki dengan kuasa Injil Yesus Kristus. Tetapi mereka tetap melakukan kejahatan karena khotbah-khotbah di mimbar-mimbar bukan Firman Allah, tapi Injil perasaan para pendeta dan gembala.  Karena ada wajah Pejabat Tinggi sipil atau militer dan polisi pemberi perpuluhan dan persembahan dengan amplop tebal dalam ibadah-ibadah. Bertobatlah! 



Terima kasih.Tuhan memberkati. 


Ita Wakhu Purom,  Minggu, 11 Juni 2023 


Refleksi ini disampaikan oleh: 

Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua. 


______________________________

Kontak: 08124888458///08128888712

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)