Tulisan Refleksi Buku Menoken Gerakan Ekonomi Kerakyatan sebagai Upaya Memanusiakan Manusia Melalui Potensi Lokal

Warta Tako
4 minute read
0
Buku ini karya dosen Ibu Cornelia D. Matani
dan Ibu Pascalina V. Sweet Sesa Buku ini lahir dari refleksi kritis dan aksi nyata dalam membumikan ekonomi kerakyatan berbasis pangan lokal



A. PENDAHULUAN

Dalam pusaran arus globalisasi dan ekspansi kapitalisme modern yang semakin menjauhkan manusia dari akar kebudayaan dan kearifan lokal, konsep menoken hadir sebagai sebuah tawaran alternatif dan sekaligus kritik terhadap arah pembangunan ekonomi yang semakin terasing dari nilai-nilai kemanusiaan. Menoken, sebagai akronim dari Menggerakkan Ekonomi Kerakyatan, bukan hanya sekedar narasi konseptual, melainkan sebuah gerakan sosial yang mengusung nilai keberlanjutan, kemandirian, dan pemberdayaan berbasis potensi lokal. Buku MENOKEN menyajikan refleksi kritis terhadap fenomena dominasi program pembangunan yang bersifat money-sentris, yang tidak jarang, alih-alih memberdayakan, justru memperdayai masyarakat lokal dan menjauhkan mereka dari keberdayaan sejatinya.


Dalam laporan, tercatat bahwa program bantuan sosial dan pemberdayaan ekonomi skala desa di Indonesia tidak berkelanjutan karena bergantung pada dana eksternal tanpa diiringi peningkatan kapasitas lokal. Fakta ini memperkuat karyanya bahwa pendekatan pembangunan yang top-down dan terlalu berorientasi pada distribusi uang seringkali gagal membangkitkan semangat kemandirian masyarakat. Dalam hal inilah, menoken hadir bukan hanya sebagai konsep, melainkan sebagai praksis sosial yang menegaskan pentingnya membumikan kembali pembangunan ekonomi pada nilai-nilai lokal dan kemanusiaan.


1. Ekonomi Kerakyatan dan Krisis Spirit Lokal

Program-program pembangunan yang dikemas dengan pendekatan 'pemberdayaan' seringkali menjadi ironi. Di satu sisi, masyarakat desa diberi dana dan bantuan sebagai bentuk kepedulian negara, namun disisi lain, mereka justru kehilangan motivasi untuk mengolah potensi alam dan sosial yang telah diwariskan secara turun-temurun. Dalam studi yang dilakukan oleh World Bank (2020) di wilayah Indonesia Timur, ditemukan bahwa program ekonomi berbasis bantuan dana gagal bertahan lebih dari tiga tahun tanpa subsidi lanjutan, menunjukkan kerapuhan struktur ekonomi yang tidak dibangun dari akar rumput.


Fenomena ini mencerminkan adanya krisis spirit lokal, dimana masyarakat tidak lagi melihat nilai intrinsik dari kerja, produksi, dan relasi sosial berbasis komunitas. Ekonomi kerakyatan, yang seharusnya menjadi ruang produksi nilai dan makna bagi masyarakat lokal, telah tergantikan oleh logika konsumsi dan ketergantungan. Dalam hal ini, menoken menjadi simbol perlawanan terhadap dehumanisasi ekonomi. Ia mengajak untuk kembali ke akar, kembali ke alam, dan merawat potensi lokal sebagai sumber kehidupan yang otentik dan berkelanjutan.


2. Menoken sebagai Gerak Kultural dan Ekonomi

Diksi “menoken” tidak hanya menyiratkan gerak ekonomi, namun juga memuat dimensi kultural yang sangat dalam. Dalam konteks masyarakat Papua, noken adalah sejenis tas tenun tangan tradisional yang tidak hanya berfungsi sebagai alat membawa barang, tetapi juga simbol relasi sosial, kerja keras, dan keberlanjutan alam. Dengan mengadopsi istilah ini, gerakan menoken menunjukkan komitmen pada pendekatan pembangunan yang tidak melulu berorientasi pada output ekonomi, namun juga pada nilai-nilai sosial dan spiritual.


Kajian antropologi oleh Universitas Cenderawasih (2021) menunjukkan bahwa masyarakat yang mempertahankan praktik produksi berbasis lokal seperti menenun, bertani organik, dan berjualan di pasar tradisional mengalami peningkatan indeks kebahagiaan dan indeks ketahanan sosial  lebih tinggi dibanding masyarakat yang bergantung pada bantuan luar. Ini membuktikan bahwa nilai-nilai lokal bukan hanya romantisme masa lalu, tapi juga basis rasional untuk pembangunan masa depan.


3. Memanusiakan Manusia Lokalitas sebagai Warisan dan Masa Depan

Upaya memanusiakan manusia bukanlah proyek ideologis semata, melainkan kebutuhan eksistensial dalam menghadapi krisis multidimensi yang kini melanda dunia: krisis ekologi, krisis sosial, dan krisis spiritual. Melalui gerakan menoken, kita diajak untuk merefleksikan kembali relasi kita dengan tanah, air, hutan, dan sesama manusia. Menoken menjadi oase di tengah padang tandus pembangunan yang seragam dan eksploitatif. Ia mengajarkan bahwa manusia tidak bisa dipisahkan dari komunitasnya, dari alamnya, dan dari sejarahnya.

Data dari United Nations Development Programme menunjukkan bahwa pembangunan berbasis komunitas lokal mampu meningkatkan Human Development Index (HDI) hingga 0.15 poin lebih tinggi dibanding pendekatan pembangunan konvensional dalam kurun waktu lima tahun. Angka ini bukan hanya statistik, tetapi cermin bahwa pembangunan yang memanusiakan manusia melalui lokalitas memang lebih efektif dan berkelanjutan.


5. Penutup Menoken sebagai Jalan Pulang

Menoken adalah ajakan untuk kembali pulang-pulang kepada nilai, kepada tanah, kepada komunitas, dan kepada diri sendiri yang sejati. Dalam dunia yang semakin dipenuhi oleh logika pasar dan mekanisme yang mendehumanisasi, gerakan ini menawarkan harapan bahwa masih ada cara lain untuk hidup, bekerja, dan berkembang. Ia bukan sekadar strategi ekonomi, melainkan etika kehidupan. Ia tidak menawarkan janji kemakmuran instan, melainkan proses panjang yang penuh perjuangan, namun juga penuh makna.

Semoga makna-makna yang tertuang dalam buku ini dan gerakan menoken secara keseluruhan dapat menjadi bahan bakar kecil bagi bara perubahan yang lebih besar. Perubahan yang tidak menjadikan manusia sebagai alat, tetapi sebagai tujuan; perubahan yang tidak melupakan lokalitas, tetapi merawatnya sebagai warisan dan masa depan bersama.


Oleh Ibu Cornelia D. Matani dan Ibu Pascalina V. Sweet Sesa

Distribusi: Warta Tako


Daftar Referensi:

Badan Pusat Statistik. (2022). Statistik Pemberdayaan Ekonomi Desa. Jakarta: BPS. Link: https://www.bps.go.id/publication

World Bank. (2020). Community-Driven Development in Eastern Indonesia. Washington D.C.: World Bank Publications. https://documents.worldbank.org

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Cenderawasih. (2021). Laporan Penelitian Sosial Ekonomi Papua. Jayapura: Uncen Press. https://uncen.ac.id

UNDP. (2021). Human Development Report: Community-Based Development. New York: UNDP. https://hdr.undp.org

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. (2022). Indeks Desa Membangun. Jakarta: Kemendes PDTT. https://idm.kemendesa.go.id

FAO. (2020). The State of the World's Forests. Rome: Food and Agriculture Organization. https://www.fao.org/state-of-forests

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)