![]() |
Foto Dokumen Film Timur Matahari |
JAYAPURA, 4 Juli 2025, Film Timur Matahari kembali menjadi sorotan publik setelah penayangan ulangnya di sejumlah festival film Tanah Air dan luar negeri. Salah satu tokoh yang paling mencuri perhatian adalah Mazmur, remaja Papua yang menjadi simbol semangat, kecintaan pada pendidikan, dan harapan bagi generasi muda di pedalaman.
Mazmur diperankan oleh aktor muda berbakat, Petrus Baye, yang kala itu masih duduk di bangku sekolah menengah. Akting naturalnya yang menggambarkan perjuangan anak-anak Papua untuk mendapat pendidikan layak, menyentuh hati banyak penonton.
Petrus Baye, seorang remaja asli Papua, mampu memerankan Mazmur dengan begitu hidup dan meyakinkan, seolah-olah ia sedang menceritakan kisah nyata dari kehidupannya sendiri. Penonton tidak hanya terbawa dalam alur cerita, tetapi juga merasakan emosi dan perjuangan yang dialami oleh Mazmur dan teman-temannya.
Film Timur Matahari, karya sutradara Ari Sihasale, menceritakan tentang perjuangan sekelompok anak di pedalaman Papua yang ingin meraih ilmu pengetahuan meskipun harus berjalan kaki berjam-jam, melewati sungai dan hutan, hanya untuk tiba di sekolah. Di tengah keterbatasan, Mazmur muncul sebagai pemimpin kecil yang teguh dan pantang menyerah. Ia tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga menjadi inspirasi bagi teman-temannya untuk terus berjuang demi masa depan yang lebih baik.
"Saya tidak sedang berakting. Saya hanya memainkan kehidupan saya sendiri," kata Petrus Baye dalam wawancara singkat di Jayapura. "Mazmur adalah saya, dan saya adalah Mazmur. Kami semua anak Papua punya cerita yang sama." Pernyataan ini menunjukkan betapa dekatnya Petrus Baye dengan karakter Mazmur, dan betapa ia benar-benar memahami perjuangan yang dialami oleh anak-anak Papua di pedalaman.
Bagi banyak warga Papua, Mazmur bukan sekadar tokoh fiksi. Ia adalah gambaran nyata dari ribuan anak yang masih berjuang di tengah ketimpangan dan kurangnya perhatian dari pemerintah pusat. Tokoh Mazmur kini bahkan kerap dijadikan simbol perjuangan dalam kampanye pendidikan di wilayah Papua Pegunungan dan Papua Tengah. Masyarakat Papua melihat diri mereka dalam sosok Mazmur, dan merasa terwakili oleh perjuangannya untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak.
Film ini tidak hanya memotret keindahan alam Papua, tetapi juga merekam luka sosial yang mendalam—ketimpangan pendidikan, keterbatasan infrastruktur, dan ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat adat. Melalui karakter Mazmur, film ini berhasil menyuarakan realitas yang dihadapi oleh anak-anak Papua, sehingga menggugah nurani penonton untuk turut memperjuangkan kesetaraan dan keadilan di bidang pendidikan.
Dengan karakter Mazmur yang kuat, film ini telah menginspirasi lahirnya gerakan-gerakan akar rumput seperti "Sekolah Rimba" dan "Kelas Batu", di mana anak-anak belajar di alam terbuka dengan semangat seperti Mazmur dan teman-temannya. Gerakan-gerakan ini menjadi bukti nyata bahwa film Timur Matahari telah memberikan dampak positif dan memicu perubahan di masyarakat.
Timur Matahari dan Mazmur adalah pengingat: bahwa harapan selalu menyala dari Timur, bahkan saat dunia memalingkan wajahnya. Kisah Mazmur menjadi penyemangat bagi anak-anak Papua dan masyarakat luas untuk terus berjuang demi masa depan yang lebih baik, di mana pendidikan dapat diakses dengan mudah dan adil oleh semua anak di pelosok negeri.
- Pena Mbalim