![]() |
Negara Melindungi Masyarakat Adat |
JAYAPURA, 9 April 2025, Angin masih berbisik di sela-sela pohon terakhir yang tersisa. Tapi bisikan itu kini terdengar seperti ratapan.
Di tanah luas yang dulu hijau dan hidup, kini berdiri alat-alat berat dan spanduk bertuliskan “Pembangunan Nasional”. Tapi bagi Leko, seorang pemuda Dayak dari Kalimantan, itu bukan pembangunan—itu perampasan.
Leko tumbuh di tengah hutan. Sejak kecil ia diajari bahwa hutan adalah ibu. Dari hutan mereka makan, berobat, dan berbicara dengan roh leluhur. Tapi ketika perusahaan datang dengan surat izin dari Jakarta, tanah mereka yang diwariskan turun-temurun itu disebut sebagai “tanah negara”.
"Kami tidak pernah menjualnya," kata Leko pada satu rapat adat. "Tapi mereka datang dengan petugas berseragam, dan hutan kami rata dalam seminggu."
Di ujung timur negeri, di Papua, hal yang sama terjadi pada Yame, seorang perempuan Amungme. Gunung yang mereka anggap suci dijadikan lokasi tambang. Air sungai yang mengalir dari sana kini berubah warna, dan anak-anak sering sakit-sakitan.
Yame pernah menulis surat kepada pemerintah. Tapi tak pernah ada jawaban. Ia lalu sadar, suara mereka terlalu pelan di tengah gemuruh uang dan kuasa.
Masyarakat adat tersingkir, perlahan tapi pasti. Mereka yang menolak, disebut penghambat pembangunan. Mereka yang bertahan, hidup dalam ketakutan. Di Kalimantan, Leko menyaksikan orangtuanya dipaksa pindah dari rumah panggung yang telah berdiri tiga generasi. Di Papua, Yame tak lagi bisa memancing di sungai tempat ayahnya dulu mengajarnya mencari ikan.
Mereka tak minta banyak. Hanya ingin hidup seperti biasa. Tapi negara lebih memilih korporasi dari pada warganya sendiri.
Pada malam yang sunyi, Leko duduk di bawah pohon besar salah satu yang terakhir belum tumbang.
"Hutan akan bicara," gumamnya. "Bukan pada pemerintah, tapi pada anak-anak kita nanti. Mereka akan bertanya: ke mana perginya semua ini?"
Dan mungkin saat itu, baru kita sadar—bahwa hutan yang diambil tanpa izin, akan membawa luka yang tak mudah disembuhkan.
Penulis Oleh M. Y
Distribusi Wene
Warta Tako