![]() |
Pertemuan bersejarah pemerintah PNG & Sekertaris Jenderal PBB di Port Moresby 3 September 2025 |
Papua Barat, 3 September 2025, Kunjungan baru-baru ini Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ke Port Moresby seharusnya menjadi momen penting bagi Papua Nugini (PNG) untuk menunjukkan keberanian moral dan solidaritas dengan penderitaan rakyat Papua Barat. Namun tanda-tanda menunjukkan sebaliknya: PNG tampaknya cenderung untuk tetap diam, meskipun Sekretaris Jenderal PBB diyakini sepenuhnya menyadari pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung dan penolakan hak-hak politik yang dialami oleh orang-orang Papua.
Keheningan PNG tak lepas dari bayangan Jakarta. Selama bertahun-tahun, pemerintah Indonesia telah mengejar “diplomasi sampul,” menawarkan proyek infrastruktur dan memikat para pemimpin Pasifik dengan janji-janji investasi. Dalam konteks ini, Perdana Menteri PNG sering tampak tidak konsisten: di satu sisi berbicara tentang solidaritas Melanesia, tetapi di sisi lain menutup mata untuk melindungi hubungan ekonomi dengan Indonesia.
Fenomena ini dapat digambarkan sebagai “demam Jakarta” : suatu kondisi di mana keputusan politik tidak lagi didorong oleh hati nurani atau komitmen terhadap kemanusiaan, tetapi oleh jebakan uang dan kepentingan-kepentingan yang praktis. Akibatnya, penderitaan rakyat Papua terus dikesampingkan—bahkan di hadapan forum internasional tertinggi di dunia, PBB.
Papua Barat, bagaimanapun, bukan hanya masalah kebijakan luar negeri. Ini adalah masalah penentuan nasib sendiri yang tidak pernah diselesaikan secara adil, luka sejarah yang menuntut keberanian untuk berbicara kebenaran. Ketika PNG memilih keheningan, hal itu memungkinkan luka itu tetap terbuka—dan sejarah akan mencatat bahwa pemerintah PNG lebih memilih uang gelap Jakarta daripada solidaritas dengan saudara-saudari Melanesia sendiri.
Uang bisa habis, proyek bisa gagal, dan janji bisa pudar. Namun penderitaan dan perjuangan rakyat papua tidak akan pernah mati. Pertanyaannya tetap: apakah PNG akan dikenang sebagai sahabat sejati yang be
Penulis
Oleh. Rian Klarosse